Pimpinan Lembaga Embun Nabawi |
Sebuah kajian komprehensif tentang anak usia dini yang melibatkan
disiplin “medis-neurologis, psikososiokultural, dan pendidikan”
menyimpulkan bahwa anak usia dini (sejak lahir hingga 6 tahun) adalah
sosok individu yang sedang mengalami suatu proses perkembangan yang
sangat fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Sebagai individu, anak
usia dini merupakan suatu organisme yang utuh dengan segala struktur
dan perangkat biologis dan psikologisnya sehingga menjadi sosok yang
unik. Sebagai makhluk sosiokultural, ia perlu tumbuh dan berkembang
dalam suatu setting sosial tempat ia hidup dan dididik sesuai dengan
nilai-nilai sosiokultural yang ada di masyarakatnya. Secara
medis-neurologis pendidikan anak usia dini sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan struktur dan fungsi otak anak sehingga dapat memberikan
pengaruh yang menetap terhadap perkembangan perilaku dan kepribadian
anak selanjutnya. Secara ekonomik, pendidikan anak usia dini dapat
merupakan investasi masa depan, karena anak terdidik dan berkembang
secara baik akan menguntungkan masa yang akan datang.
Karena
itu, memberikan layanan pendidikan sejak dini sangat diperlukan.
Mengembangkan kecerdasan anak sejak dini melalui pendidikan sangatlah
penting. Sebab pendidikan bagi anak merupakan dasar bagi pembentukan
kepribadian manusia secara utuh, yang ditandai dengan
kepandaian,keterampilan,kejujuran, dan sebagainya. Stimuli yang tepat
diberikan pada tahun-tahun awal sangat menentukan kualitas anak di masa
depan. Hasil penelitian menyebutkan bahwa perkembangan otak anak
mencapai 20 – 30% lebih kecil dari ukuran normal, bila jarang disentuh
(Depdiknas 2002). Bloom dalam penyelidikan longitudinalnya mengenai
kecerdasan berpendapat bahwa kira-kira 50% variabilitas kecerdasan orang
dewasa telah ada pada usia 4 tahun, 30% berikutnya pada usia 8 tahun
dan 20% sisanya pada pertengahan atau pada akhir dasawarsa kedua. Dengan
rumusan lain bahwa perkembangan intelektual anak pada usia 4 tahun
telah mencapai 50%, pada usia 8 tahun mencapai 80%, dan pada saat
mencapai usia sekitar 18 tahun perkembangannya mencapai 100%. Ini
berarti perkembangan yang terjadi pada rentang usia tersebut sangatlah
penting. Perkembangan itu hanya terjadi secara linear dan tidak dapat
ditangguhkan pada periode berikutnya. Itulah sebabnya para ahli menyebut
masa ini sebagai masa emas (golden age).
Seberapa
jauh kita telah mewujudkan konsep pendidikan anak sejak dini tersebut?
Perluasan akses pendidikan anak usia dini melalui TK, RA, kelompok
bermain serta berbagai bentuk satuan PAUD sejenis dapat dipandang
sebagai simbol sekaligus bukti kesadaran masyarakat tentang pentingnya
pendidikan anak sejak din. Hanya sayangnya, pertumbuhan itu belum
diimbangi dengan dukungan sarana dan prasarana yang sesuai standar.
Banyak kelompok bermain yang memanfaatkan rumah tinggal, garasi mobil
yang tidak dilengkapi dengan alat permainan edukatif baik dalam ruangan
(indoor) maupun luar ruangan (outdoor) untuk melatih syaraf motoriknya.
Padahal
secara konseptual pendidikan anak usia dini dirancang agar anak dapat
belajar dalam keadaan suasana hati yang menyenangkan dengan menyediakan
kesempatan-kesempatan pada anak untuk menentukan pengetahuan sambil
bermain menggunakan bahan-bahan yang dapat melatih daya kreatifitas.
Lingkungan bermain yang bermutu untuk anak usia dini mendukung tiga
jenis main yang dikenal dalam penelitian anak usia dini, yaitu: 1) main
sensori motorik (main fungsional) yang menekankan pada anak belajar
melalui panca inderanya dan melalui interaksi fisik dengan
lingkungannya, 2) main peran (main simbolik) yang menggambarkan secara
berarti perkembangan kognisi, sosial, dan emosi. Main peran menjadi
dasar perkembangan kreativitas, tahapan ingatan, kerja sama,
perbendaharaan kata yang sudah dimiliki, konsep hubungan kekeluargaan,
pengendalian diri. 3) main pembangunan dapat membantu anak untuk
mengembangkan keterampilannya dan mendukung kerja akademiknya di
kemudian hari.
Untuk
mendapatkan hasil yang maksimal tentu saja perlu didukung oleh sarana
dan prasarana yang memadai, kualitas pendidik, manajemen pengelolaan
yang memenuhi standar. Tidak cukup dengan semangat dan penyediaan sarana
dan prasarana seadanya. Conny R. Semiawan mengungkapkan bahwa
pembelajaran unggul sangat terkait dengan teori belahan otak manusia
atau atau yang disebut hemisphere specialization. Otak merupakan organ
tubuh yang paling penting bagi kelangsungan hidup manusia, sebab otak
adalah bagian susunan syaraf pusat yang berfungsi mengantur dan
mengontrol aktivitas fisik maupun mental. Teori neuroscience membahas
bahwa otak manusia terbagi menjadi dua belahan, yaitu otak sebelah kanan
dan kiri yang mempunyai fungsi yang berbeda. Belahan otak kiri
mempunyai fungsi linier, logis, konvergen dan teratur, sedangkan belahan
otak kanan mempunyai fungsi imajinatif, berpikir divergen, kreatif.
Pembelajaran unggul terjadi apabila kedua belahan otak berjalan secara
harmonis. Pengalaman belajar yang mementingkan keseimbangan kedua
belahan otak merupakan makanan otak terbaik. Kenyataannya pembelajaran
kita umumnya mementingkan berfungsinya belahan otak kiri. Keunggulan
hasil hanya dapat dicapai dalam suasana belajar yang menyenangkan,
dengan stimulasi yang benar, serta didukung oleh alat permainan edukatif
yang memadai.
Harus diakui bahwa
berbagai upaya sosialisasi mengenai pentingnya pendidikan anak usia dini
sering dilakukan baik oleh lembaga pemerintah maupun swasta. Di Nusa
Tenggara Timur misalnya, hingga kini sekitar 25% anak usia dini telah
terlayani pendidikannya melaui pendidikan anak usia dini. Khusus yang
terlayani melalui PAUD nonformal baru sekitar 39.249 orang dari jumlah
total anak usia dini Provinsi Nusa Tenggara Timur 682.674 orang . Kalau
dikalkulasikan ke dalam kelompok maka akan terklasifikasi sebagai
berikut: 14 kelompok TPA (taman penitipan anak), 693 kelompom bermain,
dan 257 satuan PAUD sejenis. Kondisi ini sesungguhnya masih jauh dari
harapan. Masih membutuhkan kerja keras dari para pekerja pendidikan
nonformal untuk mensosialisasikan program PAUD. Namun, demi masa depan
anak, investasikan berbagai kecerdasan kepadanya melalui pendidikan
usia dini. Sebab dengan cara itu, kita telah menyelamatkan generasi
penerus bangsa. Kata orang bijak “kalau kita tidak bisa menjadi
matahari, jadilah bintang yang bersinar di malam hari, kalau kita tidak
bisa jadi jalan raya,jadilah jalan setapak. Seperti apapun kita, jadilah
yang terbaik bagi anak dan masa depannya sebagai calon penerus dan
penjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia. Semoga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
komentar sahabat sangat membantu untuk perkembangan di blogs kami
berikanlah komentar yang membangun