Pada dasarnya kerangka kerja untuk merespon
kebutuhan dasar belajar warga masyarakat yang menggariskan bahwa
pendidikan harus menyentuh semua lapisan masyarakat, tanpa mengenal
batas kelompok, ras, agama dan kemampuan potensi yang dimiliki. Gerakan
ini menekankan bahwa pendidikan harus inklusif, bisa diakses oleh
seluruh warga masyarakat, serta memberi peluang penuh kepada masyarakat
untuk berpartisipasi dalam pendidikan (termasuk dalam program PAUD).
Seperti
yang sering dikatakan oleh para pemerhati PAUD, melalui program
pendidikan anak usia dini (PAUD) kita pasang pondasi yang kuat agar di
kemudian hari anak bisa menjadi sosok manusia berkualitas yang nantinya
tampil sebagai generasi penerus bangsa yang siap berkompetisi di era
globalisasi. Untuk itulah tepat kiranya bila program PAUD digalakkan di
berbagai tempat di wilayah Indonesia, baik di kota maupun di desa.
Sebuah teori mengatakan bahwa pendidikan
anak memang harus dimulai sejak dini, agar anak bisa mengembangkan
potensinya secara optimal. Anak-anak yang mengikuti PAUD menjadi lebih
mandiri, disiplin, toleran dan kreatif. Hal ini mengingat bahwa
Pendidikan Anak Usia Dini merupakan upaya pembinaan yang ditujukan bagi
anak di bawah usia enam tahun dengan pemberian seperangkat pendidikan
yang diajarkan secara bertahap supaya dapat merangsang pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan untuk
memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi kelak dikemudian hari. Konsep
bermain sambil belajar serta belajar sambil bermain pada PAUD merupakan
pondasi yang mengarahkan anak pada pengembangan kemampuan yang lebih
beragam.
Dengan
kata lain, dalam mendidik anak usia dini haruslah memperhatikan
pertumbuhan fisik dan psikologis, sehingga metode belajar sambil bermain
sangat dianjurkan untuk di terapkan dalam pembelajarannya. Bermain
disini merupakan aktivitas yang dirancang sedemikian rupa sesuai dengan
tujuan pembelajarannya, yaitu menuntun anak untuk menguasai pengetahuan
dan keterampilan tertentu (utamanya mengaktifkan psikomotorik anak).
Dengan bermain sambil belajar, anak tidak akan merasa bosan dan jenuh,
karena dalam ‘menikmati’ permainan, si anak tanpa menyadari telah
mendapatkan pengalaman, khususnya yang berhubungan dengan pengembangan
emosinya yang langsung bersentuhan dengan ”orang lain” (bunda PAUD,
teman sebaya, orang tua), hal ini segaris dengan pembelajaran model
PAKEM, dimana bunda PAUD mau tidak mau harus berperan aktif, proaktif
dan kreatif untuk mencari dan merancang media/bahan ajar alternatif yang
mudah, murah dan sederhana. Tetapi tetap memiliki relevansi dengan tema
mata pelajaran yang sedang dipelajari anak didiknya. Disini kemudian,
Peran orang tua, dalam masalah pengembangan PAUD adalah membimbing dan
menuntun anaknya dengan baik, termasuk mengajak anak mengulang kembali
apa yang telah diajarkan oleh bunda PAUD di sekolah dengan memberikan
fasilitas sesuai dengan kemampuan.
Disamping
itu juga tidak ada salahnya jika mengajak dan mengingatkan kepada orang
tua yang memiliki anak usia dini untuk memasukkan anaknya belajar di
Pos PAUD terdekat, hal ini mengingat bahwa masih banyak orang tua yang
belum sadar akan pentingnya membekali putra putrinya dengan seperangkat
pengetahuan dan keterampilan yang akan berguna dalam merajut masa
depannya, yang tentunya diharapkan bisa lebih sukses. Hal ini sesuai
dengan apa yang termaktub dalam Konvensi Hak Anak, dimana dikatakan
bahwa pentingnya lingkungan keluarga untuk mendukung pertumbuhan dan
perkembangan anak. Artinya bahwa maju mundurnya pendidikan itu memang
menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah, orang tua dan
masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
komentar sahabat sangat membantu untuk perkembangan di blogs kami
berikanlah komentar yang membangun